Psikologi Agama

"Perkembangan Beragama Masa Remaja"
"Perkembangan Beragama Masa Remaja"

Psikologi Agama

Memahami Tentang Perkembangan Beragama Masa Remaja

PERKEMBANGAN BERAGAMA MASA REMAJA

A. Tahap perkembangan kejiwaan Remaja

Remaja atau adolescence berasal dari kata Latin adolescere berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah remaja atau adolescence berarti mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Mengutip Piaget, Hurlock menyatakan bahwa secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lahi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak...(1996). Lebih detailnya dalam peta psikologi remaja terbagi dalam tiga tahapan perkembangan yaitu:

1. Fase Pueral. Pada masa ini remaja tidak mau dikatakan anak-anak, tetapi juga tidak bersedia dikatakan dewasa. Pada fase pertama ini merasa tidak tenang.

2. Fase Negative. Fase kedua ini hanya berlangsung beberapa bulan saja, yang ditandai oleh sikap ragu- ragu, murung, suka melamun dan sebagainya.

3. Fase Pubertas. Masa ini dinamakan dengan Masa Adolesen.

Dalam pembahasan ini, Luella Cole sebagaimana disitir oleh Hanna Jumhanna Bastaman(1995), membagi peta remaja menjadi empat bagian:

1. Preadolescence: 11-13 tahun (Pr.) dan 13-15 tahun (Lk.)

2. Early Adolescence: 13-15 tahun (Pr.) dan 15-17 tahun (Lk)

3. Middle Adolescence: 15-18 tahun (Pr.) dan 17-19 tahun (Lk)

4. Late Adolescence: 18-21 tahun (Pr.) dan 19-21 tahun (Lk)

B. Tingkatan Kesadaran dan Sikap Beragama Remaja

Gambaran remaja tentang Tuhan dengan sifat- sifatnya merupakan bagian dari gambarannya terhadap alam dan lingkungannya serta dipengaruhi oleh perasaan dan sifat dari remaja itu sendiri. Keyakinan agama pada remaja merupakan interaksi antara dia dengan lingkungannya.

Misalnya, kepercayaan remaja akan kekuasaan tuhan menyebabkannya pelimpahan tanggung jawab atas segala persoalan kepada tuhan, termasuk persoalan masyarakat yang tidak menyenangkan, seperti kekacauan, ketidak adilan, penderitaan, kezaliman, persengkataan, penyelewengan dan sebagainya yang terdapat dalam masyarakat akan menyebabkan mereka kecewa pada tuhan, bahkan kekecewaan tersebut dapat menyebabkan memungkiri kekuasaan tuhan sama sekali.

Perasaan remaja kepada Tuhan bukanlah tetap dan stabil, akan tetapi adalah perasaan yang yang tergantung pada perubahan- perubahan emosi yang sangat cepat, terutama pada masa remaja pertama. Kebutuhan akan allah misalnya, kadang- kadang tidak terasa jika jiwa mereka dalam keadaan aman, tentram dan tenang. Sebaliknya, Allah sangat dibutuhkan apabila mereka dalam keadaan gelisah, karena menghadapi musibah atau bahaya yang mengancam ketika ia takut gagal atau merasa berdosa

C. Motivasi Beragama pada Masa Remaja

Menurut Nico Syukur Dister(1989), motivasi beragama pada remaja dibagi menjadi empat, yaitu:

1. Motivasi yang didorong oleh rasa keinginan untuk mengatasi frustasi yang ada dalam kehidupan, baik frustasi karena kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan alam, frustasi social, frustasi moral maupun frustasi karena kematian.

2. Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk menjaga kesusilaan dan tata tertib masyarakat.

3. Motivasi beragama karena keinginan untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia atau intelek ingin tahu manusia.

4. Motivasi beragama karena ingin menjadikan agama sebagai sarana untuk mengatasi ketakutan.


D. Sifat Keberagamaan pada Masa Remaja

Terdapat empat sikap remaja dalam beragama, yaitu:

1. Percaya ikut-ikutan

Percaya ikut-ikutan ini biasanya dihasilkan oleh didikan agama secara sederhana yang didapat dari keluarga dan lingkungannya. Namun demikian ini biasanya hanya terjadi pada masa remaja awal (usia 13-16 tahun). Setelah itu biasanya berkembang kepada cara yang lebih kritis dan sadar sesuai dengan perkembangan psikisnya.

2. Percaya dengan kesadaran

Semangat keagamaan dimulai dengan melihat kembali tentang masalah-masalah keagamaan yang mereka miliki sejak kecil. Mereka ingin menjalankan agama sebagaio suatu lapangan yang baru untuk membuktikan pribadinya, karena ia tidak mau lagi beragama secara ikut-ikutan saja. Biasanya semangat agama tersebut terjadi pada usia 17 atau 18 tahun. Semangat agama tersebut mempunyai dua bentuk:

a. Positif. semangat agama yang positif, yaitu berusaha melihat agama dengan pandangan kritis, tidak mau lagi menerima hal- hal yang tidak masuk akal. Mereka ingin memurnikan dan membebaskan agama dari bid’ah, dari kekakuan dan kekolotan.

b. Negatif. Semangat keagamaan dalam bentuk kedua ini akan menjadi bentuk kegiatan yang berbentuk khurafi, yaitu kecenderungan remaja untuk mengambil pengaruh dari luar kedalam masalah- masalah keagamaan, seperti bid’ah, khurafat dan kepercayaan- kepercayaan lainnya.

3. Percaya, tetapi agak ragu- ragu

Keraguan remaja terhadap agamanya dapat dibagi menjadi dua:

a. Keraguan disebabkan kegoncangan jiwa dan terjadinya proses perubahan dalam pribadinya. Hal ini merupakan kewajaran.

b. Keraguan disebabkan adanya kontradiksi atas kenyataan yang dilihatnya dengan apa yang diyakininya, atau dengan pengetahuan yang dimiliki.

Tidak-percaya

Perkembangan kearah tidak percaya pada tuhan sebenarnya mempunyai akar atau sumber dari masa kecil. Apabila seorang anak merasa tertekan oleh kekuasaan atau kezaliman orang tua, maka ia telah memendam sesuatu tantangan terhadap kekuasaan orang tua, selanjutnya terhadap kekuasaan apa pun, termasuk kekuasaan Tuhan.