Metode Simbolis

MKPAI

Metode Simbolis

PEMBAHASAN

A. Pengertian Simbolis

Kata simbolis berasal kata simbol yang berasal dari bahasa yunani yaitu symbolos yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu kepada seseorang. Menurut Cassirer, menegaskan bahwa manusia itu tidak pernah melihat, menemukan, dan mengenal dunia secara langsung kecuali melalui berbagai symbol. Dalam kamus besar bahasa Indonesia Poerwadarminta menjelaskan bahwa simbol dapat berarti tanda, lukisan, perkataan, lencana dan sebagainya. Senada dengan pendapat sebelumnya, Saussure menjelaskan bahwa simbol adalah suatu bentuk tanda yang semu natural yang tidak sepenuhnya arbiter (terbentuk begitu saja) atau termotivasi.Bagi Peirce simbol adalah sebuah bentuk tanda yang berdasarkan pada konvensi dan dapat masuk dalam kategori yang ikonik, indeksikal atau simbolis, semua dapat terjadi pada saat yang sama. Dengan kata lain satu aspek dari tanda tidak menghindari aspek-aspek yang lainnya. Menurut sailan simbol dapat berarti suatu tanda atau lambang tanda menyatakan sesuatu hal kepada orang lain yang melihat atau mendengar.Sedangkan menurut Soebadio menjelaskan bahwa simbol dapat diartikan dengan lambang, dalam hal ini simbol sebagai tanda pengenal yang tetap (menyatakan sifat, keadaan dan sebagainya). Minsal warna putih sebagai warna kesucian, gambar padi sebagai kemakmuran. Selain itu juga lambang sebagai isyarat, tanda.Pada kenyataannya, budaya masyarakat terdiri dari gagasan-gagasan, simbol-simbol dan nilai- nilai sebagai hasil karya dan perilaku manusia, sehingga dikatakan bahwa manusia adalah mahkluk yang bersimbol. Seperti yang dikemukakan oleh Ernst Cassier menyebutkan bahwa manusia adalah hewan yang bersimbol (animal symbolicum), manusia itu tak pernah melihat, menemukan, dan mengenal dunia secara langsung kecuali melalui berbagai simbol.Manusia berfikir, berperasaan dan bersikap dengan ungkapan-ungkapan yang simbolis, sebagai ciri yang membedakan antara manusia dengan mahluk yang lain. Rohidi menyebutkan bahwa setiap hal yang dilihat dan dialami manusia diolah menjadi serangkaian simbol yang dimengerti oleh manusia.Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manusia tidak terlepas dari simbol-simbol, karena sesuatu yang dilakukan dan diciptakan manusia merupakan simbol bagi dirinya maupun orang lain. Didalam simbol, termasuk simbol ekspresif tersimpan berbagai makna antara lain berupa berbagai gagasan, pendirian, abstrak, hasrat, kepercayaan, serta pengalaman serta pengalaman tertentu yang bisa dipahami. Simbol mencerminkan kebudayaan masyarakat pada umumnya, baik dalam hal tingkah laku maupun pengetahuan.[1]

B. Prinsip Dan Tujuan Metode Simbolis

Agar Pemakaian metode simbolis dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka dalam pelaksanaanya memperhatikan prinsi-prinsip diantaranya sebagai berikut: 1. Metode simbolis dapat dilakukan oleh setiap pendidik (guru) untuk memberikan peserta didik pemahaman menggunakan media. 2. Semua peserta didik harus dilibatkan sesuai peranannya. 3. Petunjuk media berbentuk simbolis terlebih dahulu disiapkan secara terperinci atau secara garis besarnya, tergantung pada bentuk dan tujuan pembelajaran.4. Dalam kegiatan media simbol hendaknya mencakup semua ranah pembelajaran. 5. Smbolis adalah latihan keterampilan agar dapat menghadapi kenyataan dengan baik.6. Media simbols harus menggambarkan situasi yang lengkap dan proses yang berurutan yang seolah-olah terjadi dalam situasi yang sesungguhnya.Prinsip-prinsip tersebut harus menjadi acuan dalam pelaksanaan media simbolis agar benar-benar dapat dilakukan sesuai konsep media dalam berbagai bentuknya. Oleh sebab itu untuk memilih materi atau topik mana yang akan digunakan dengan metode simbolis sangat bergantung pada karakteristik dan prinsip-prinsip simbolis dihubungkan dengan karakteristik mata pelajaran sebagaiman dijelaskan di atas. Oleh sebab itu tidak semua mata pelajaran, kompetensi dasar, indikator, dan topik pembelajaran berbagai mata pelajaran dapat digunakan dengan media simbol. Disinilah pentingnya pemahaman dan analisa guru tentang karakteristik dan prinsip metode simbol dihubungkan dengan karakteristik mata pelajaran setiap kompetensi dasarnya.[2]Tujuan dari pembelajaran agama islam dalam menggunakan metode simbol diantaranya sebagai berikut:1. Melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari.2. Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip.3. Melatih memecahkan masalah dan meningkatkan daya ingat siswa dalam belajar.4. Menumbuhkan daya kreatif siswa dan melatih Peserta didik untuk memahami dan menghargai pendapat serta peranan orang lain. Dengan demikian penggunaan metode simbolis dalam proses pembelajaran sesuai dengan kecendrungan pembelajaran modern yang menuju kepada pembelajaran peserta didik yang bersifat individu dan kelompok serta aktif.Sesuai dengan hal ini media simbol menurut Derick, U dan Mc Aleese, R, bahwa simbolis memiliki tiga sifat utama yang dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran, yaitu: 1. Media simbolis adalah bentuk teknik mengajar yang berorientasi pada keaktifan pesrta didik dalam pembelajaran di kelas, baik guru maupun peserta didik mengambil peran di dalamnya.2. Media simbolis pada umumnya bersifat pemecahan masalah yang sangat berguna untuk melatih peserta didik melakukan pendekatan interdisiplin di dalam pembelajaran sehingga mengembangkan pola fikir pada anak. Di samping itu dapat juga mempraktekkan keterampilan-keterampilan sosial yang relevan dengan kehidupan masyarakat.3. Media simbolis adalah model pembelajaran yang bersifat dinamis dalam arti sangat sesuai untuk menghadapi situasi-situasi yang berubah yang membutuhkan keluwesan dalam berpikir dan memberikan jawaban terhadap keadaan yang cepat berubah.[3]

C. Kriteria Ayat dan Komponen Pembelajaran Simbolis Dalam Al-Qur’an

Setiap pembelajaran yang ada dalam dunia pendidikan islam tentunya tak pernah lepas dari pembelajaran Al-Qur’an didalam Al-Qur’an setiap metode pembelajaran sangat banyak dijumpai termasuk metode simbolis yang bisa membahas perkara yang terjadi. Pembelajaran metode simbolis penting sekali digunakan oleh para pendidik jika seorang pendidik menggunakan metode simbol sudah pasti siswa pula memiliki peran yang aktif dalam proses pembelajaran dan memacu kepada paradigma pendidikan. Dengan menggunakan paradigma itu, maka ayat ayat al-Qur’an yang memenuhi kriteria pembelajaran adalah ayat-ayat yang mengandung unsur pembelajaran mencakup hal-hal sebagai berikut:1. Memiliki unsur pembelajaran instruktur atau guru perlu sumber utama terjadinya proses pembelajaran. 2. Ada komponen pembelajar (murid) yaitu orang yang melakukan proses belajar.3. Mempunyai proses kegiatan pembelajaran baik secara langsung maupun tidak langsung.4. Ada materi yang sedang dijadikan pelajaran dan pembahasan.5. Menggunakan metode demonstratif-konkret dalam setiap proses pembelajaran.6. Memiliki unsur evaluatif dalam proses kegiatan pembelajaran.Ada beberapa yang dapat saya sampaikan mengenai metode simbolis yang berkaitan dengan pembelajaran yang terjadi pada lembaga pendidikan diantara ayat-ayat itu sebagai berikut:Qs- Al- Baqarah ayat 31.zN¯=tæur tPyŠ#uä uä!$oÿôœF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä ’n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ’ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJó™r'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%ω»|¹ ÇÌÊÈ Artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!".Didalam ayat ini terdapat pembelajaran yang bersifat tekstual yang didalam ayat ini terdapat suatu komponen pembelajaran Allah, murid (pebelajar) nabi Adam, materi pengenalan yaitu nama-nama benda, alat peraga berupa benda, metode pengamatan (inquiry) dan evaluasi dilakukan bersama malaikat, iblis, dan Adam. Adam berhasil menyebut nama-nama benda yang ditanyakan. Sementara malaikat tidak lulus ujian sehingga keduanya sujud kepada Adam.[4] Di dalam Qs- Al- A’raf 107-108, yang berbunyi: 4†s+ø9r'sù çn$|Átã #sŒÎ*sù }‘Ïd ×b$t7÷èèO ×ûüÎ7•B ÇÊÉÐÈ tít“tRur ¼çny‰tƒ #sŒÎ*sù }‘Ïd âä!$ŸÒø‹t/ tûï̍Ï໨Z=Ï9 ÇÊÉÑÈ Artinya: “Maka Musa menjatuhkan tongkat-nya, lalu seketika itu juga tongkat itu menjadi ular yang sebenarnya”.Didalam surah al- A’raf ini pun mempunyai pembelajaran yang bisa kita jadikan sebagai simbol dan pembelajaran yang disampaikan oleh nabi Musa As dengan Fir’aun. Komponen pada ayat ini mencakup pembelajaran nabi Musa, pebelajar (murid) Fir’aun dan para pengikutnya, dengan dikaitkan tentang materi teologis (pembuktian adanya Allah), alat peraganya adalah ular, metode demonstrasi dan evaluasinya Fir’aun gagal atau tidak lulus karena ia tidak mau mengakui kemenangan nabi Musa dan ia tetap kafir. Sedangkan yang lulus adalah para pembesarnya sebab mereka mengakui kehebatan Tuhannya Musa (Allah) kemudian para pembesar Fir’aun mereka beriman kepada Allah swt.Metode dan media simbolis dapat dipahami pula dalam surah Al-Baqarah ayat 260.øŒÎ)ur tA$s% ÞO¿Ïdºtö/Î) Éb>u‘ ‘ÏR͑r& y#ø‹Ÿ2 Ǒósè? 4’tAöqyJø9$# ( tA$s% öNs9urr& `ÏB÷sè? ( tA$s% 4’n?t/ `Å3»s9ur £`ͳyJôÜuŠÏj9 ÓÉ<ù=s% ( tA$s% õ‹ã‚sù Zpyèt/ö‘r& z`ÏiB Ύö©Ü9$# £`èd÷ŽÝÇsù y7ø‹s9Î) ¢OèO ö@yèô_$# 4’n?tã Èe@ä. 9@t6y_ £`åk÷]ÏiB #[ä÷“ã_ ¢OèO £`ßgãã÷Š$# y7oYÏ?ù'tƒ $\Š÷èy™ 4 öNn=÷æ$#ur ¨br& ©!$# ͕tã ×LìÅ3ym ÇËÏÉÈ Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu ?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah[165] semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera." dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.Didalam ayat al-Baqarah ayat 260 terdapat komponen pembelajaran yang meliputi pembelajaran adalah Allah, pebelajar Nabi Ibrahim, materinya masalah eskatologis (manusia bisa hidup kembali), alat peraganya adalah burung, metodenya demonstratif, burung merupakan simbol menggantikan manusia yang mati dihidupkan kembali, evaluasi nabi Ibrahim berhasil menyakinkan dirinya bahwa dengan analogi burung Allah dengan kekuasaanya mudah mengembalikan manusia yang telah meninggal dan sudah menjadi abu, debu, tulang belulang untuk dihidupkan kembali dan mampu berbicara seperti semula.[5]Surah Al Maidah ayat 31 terdapat pula komponen pembelajaran serta simbol dalam mengajarkan manusia. y]yèt7sù ª!$# $\/#{äî ß]ysö7tƒ ’Îû ÇÚö‘F{$# ¼çmtƒÎŽãÏ9 y#ø‹x. ”Í‘ºuqムnouäöqy™ Ïm‹Åzr& 4 tA$s% #ÓtLn=÷ƒuq»tƒ ßN÷“yftãr& ÷br& tbqä.r& Ÿ@÷WÏB #x‹»yd É>#{äóø9$# y“Í‘ºuré'sù nouäöqy™ ÓŁr& ( yxt7ô¹r'sù z`ÏB tûüÏBω»¨Y9$# ÇÌÊÈ Artinya: “Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. berkata Qabil: "Aduhai celaka Aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" karena itu jadilah Dia seorang diantara orang-orang yang menyesal”.Didalam surah ini terkandung komponen pembelajaran dan simbol dalam membelajarkan manusia. Komponen pembelajaran ayat ini mencakup pembelajar (guru) adalah burung sekaligus menjadikan simbol dalam mengajarkan manusia tentang bagimana cara menguburkan mayat, pebelajar (peserta belajar) Qabil, materi yang terjadi dalam pristiwa ini yaitu materi fiqih yang mengaitkan tentang penguburan mayat, medianya tanah, metode demonstrasi dan evaluasi Qabil berhasil dalam menguburkan mayat saudaranya (Habil).[6]

D. Peranan Guru Terhadap Metode Simbolis

Ada tiga peranan yang dapat dilakukan oleh guru dalam memimpin dan mengelola metode simbolis bagi pesrta didik, pertama, Menjelaskan (Explaining); peserta didik sebagai pemegang peran perlu memahami garis besar berbagai aturan dari kegiatan atau peralatan yang diperlukan, atau tentang implikasi dari setiap tindakan yang ia lakukan. Dalam hal ini dapat menjelaskan sekedarnya kepada peserta didik, pemahaman peserta didik terhadap pokok kegiatan atau media simbol serta implikasi-implikasinya akan menjadi lebih jelas setelah pesrta didik melakukannya sendiri atau setelah dilakukan diskusi. Kedua, mewasiti (refereeing); guru harus membentuk kelompok-kelompok dan membagi peserta didik dalam kelompok atau peran sesuai dengan kemampuan dan keinginan peserta didik. Selain itu guru harus mengawasi partisipasi peserta didik dalam pembelajaran yang berbasis media.Ketiga, melatih (Coaching) guru juga harus bertindak sebagai seorang pelatih yang memberikan petunjuk-petunjuk kepada peserta didik agar mereka dapat berperan dengan baik.Keempat, memimpin diskusi (discussing); selama pembelajaran berlangsung guru akan memimpin kelas dalam suasana diskusi, misalnya membicarakan tanggapan peserta didik dan kesukaran yang dijumpai, dalam menyimbolkan sesuatu yang ada didalam al-Qur’an ayau dengan kehidupan yang sebenarnya.[7]

E. Manfaat Penggunaan Metode Simbolis dalam Pembelajaran

Metode simbolis dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan perhatian peserta didik terhadap topik belajar peserta didik serta meningkatkan keterlibatan langsung dan partisipasi aktif peserta didik (siswa) dalam proses pembelajaran. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam belajar kognitif, meliputi informasi, konsep, prinsip dan keterampilan serta menjadikan belajar siswa jadi bermakna. Meningkatkan afektif atau sikap dan persepsi anak terhadap isu yang berkembang di masyarakat. Meningkatkan sikap empatik dan pemahaman adanya perbedaan antara dirinya dengan orang lain. Afeksi umum anak meningkat, kesadaran diri dan pandangan terhadap orang lain lebih efektif. Struktur kelas dan pola interaksi kelas berkembang, hubungan guru dan siswa hangat, mendorong kebebasan siswa dalam mengeksplorasi gagasan.Pengaruh pelaksanaan metode simbolis terhadap ketercapaian kompetensi dasar mata pelajaran PAI. Seperti yang telah dijelaskan bahwa metode simbolis adalah cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan simbol atau media untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu.Pada pelajaran agama khususnya materi akhlak simbolis dapat berupa sosiodrama, misalnya peniruan bagaimana sosok anak yang saleh atau bagaimana kisah seorang penguasaatau raja Fir’aun yang sombong dan takabur, tentara Abraha menghancurkan ka’bah, dan lain sebagainya. Sedangkan ketercapaian kompetensi dasar adalah suatu hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar mengajar khususnya pada materi akhlak, yaitu berupa kemampuan peserta didik dalam berperilaku terpuji dan menjauhi perilaku tercela. Dengan menggunakan metode simbolis maka proses belajar mengajar semakin memudahkan peserta didik dalam belajar sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Selain itu dengan metode simbolis, peserta didik tidak hanya memahami materi secara konsep saja, akan tetapi siswa dituntut mampu menampilkan konsep-konsep itu dalam bentuk tingkah laku, sehingga materi yang disampaikan akan semakin jelas dan dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didikKarena pemahaman terhadap materi akhlak tidak hanya bersifat intelektual melainkan juga bersifat emosional. Menurut Vernon A. Magnesen menyatakan bahwa belajar dipengaruhi oleh :1. 10 % dari apa yang kita baca.2. 20 % dari apa yang kita dengar.3. 30 % dari apa yang kita lihat4. 50 % dari apa yang kita lihat dan dengar.5. 70 % dari apa yang kita katakan.6. 90 % dari apa yang kita katakan dan lakukan.Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar akan lebih cepat dan efektif jika dalam belajar siswa menggunakan penggabungan beberapa indera. Dalam metode simbolis siswa menerima materi PAI melalui penggabungan beberapa indera diantaranya indera penglihatan dan pendengaran. Selain itu dalam metode simbolis siswa dibiasakan untuk bertindak sesuai keadaan yang sebenarnya sehingga diharapkan siswa memiliki ketrampilan dalam menghadapi kehidupannya kelak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode simbolis pada mata pelajaran.[8]

Refrensi:

[1] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002[2] Ramayulis, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2012 h. 382[3] Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: CV Pustaka Setia, 2005.[4] Kejadian Nabi Adam ini dapat dilacak secara luas pada surah Al-Baqarah dari ayat 27-31[5] Kisah Pencarian Tuhan oleh Nabi Ibrahim bisa dilihat secara lengkap dan ditelusuri dalam surah Al- Baqarah ayat 260[6] Untuk Memahami Pristiwa Qabil dan Habil dapat di baca secara lengkap pada surah al-Maidah ayat 31.[7] Dahlan, M.D, Model-Model Mengajar, Bandung: CV Diponegoro, 1984.[8] Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Rineka Cipta. 2008.